meski tiada kau sadari.
tiada muncul,
tiada kau lihat,
tak ingin pula kau akui."
(Eliza Fitri Handayani-Area X)
Selalu ada saat dimana perasaan saya sedemikian sesak. Selalu ada masa dimana saya tak mampu berpikir lagi mengenai permasalahan yang saya hadapi. Selalu ada masa ketika saya merasa amat menderita dan butuh teman yang menguatkan saya. Pada saat-saat seperti itu saya berusaha untuk tidak menyendiri meskipun sangat ingin.
Jika saat-saat itu datang, biasanya saya menghubungi salah satu dari beberapa teman dekat untuk bertemu atau sekedar say hello via sms, telp, e-mail, atau messenger/chat. Barangkali ngobrol atau makan dan sekedar jalan-jalan akan memberikan keringanan perasaan buat saya.
Tapi, ketika akhirnya bertemu, sangat sering saya tidak jadi 'curhat' ataupun menceritakan permasalahan saya itu. Yang terjadi kemudian adalah lebih banyak saya yang menjadi pendengar tentang "hidup" mereka dalam beberapa waktu terakhir. Kalopun ngga tentang hidup mereka, saya ngobrol/sharing tentang aktivitas sehari-hari serta hidup secara umum dan penyikapannya.
Berhadapan dengan mereka, sering membuat saya kehabisan kata-kata. Bersama mereka sering membuat saya merasa demikian kecil. Saya bukan apa-apa sama sekali. Bahkan saat bersama mereka, saya merasa tidak perlu lagi menceritakan permasalahan saya. Apa yG saya alami, apa yG saya hadapi, apa yG saya lewati hanyalah sebuah hal remeh temeh yG ngga ada artinya. Hal itu dG sendirinya menyembuhkan rasa penderitaan dan kepedihan yG saya alami.
Mendengarkan kisah hidup mereka, mengetahui permasalahan mereka, dan bagaimana mereka mengatasi hari-hari berat itu, atau bahkan mendengar pemikiran mereka tentang sesuatu, memberikan pelajaran bagi saya tentang kehidupan. Dari mereka, saya mengerti tentang lika liku dunia yang tidak selalu berjalan sesuai harapan. Dari mereka, saya tau bahwa begitu banyak hidup yg lain. Meski tidak saya sadari, bahkan tidak pula saya mengerti sebelumnya.
Mereka, satu diantaranya, adalah seorang gadis 24 tahun, teman SD saya yg dr kecil udah harus berjuang membiayai hidupnya sendiri. Dia sempat jadi baby sitter supaya bisa sekolah dan kini menjadi tulang punggung keluarganya: adik, orangtuanya, bahkan sang kakak yg udah berumah tangga. Dia sering merasa letih menanggung semuanya, apalagi tanpa penghargaan semestinya dr orang2 yg ia perjuangkan. Tapi, meskipun dihadapkan pada saat-saat demikian, Ia masih sanggup berkata "Aku harus kuat. Aku ga boleh stress seberat apapun permasalahan yg aku hadapi. Aku ga boleh sakit meskipun makan hati.. demi orang tuaku, demi adikku, demi kakak&keponakanku, demi hidup dan masa depanku sendiri."
Satu dr mereka adalah seorang gadis berusia 25 tahun yg selalu menjadi "tempat sampah" bagi saudara-saudara kandungnya. Dia yg pernah berkata kpd saya dg kepedihan yg amat mendalam "Aku bungsu dr 6 bersaudara, tapi mengapa aku harus menjadi si sulung yg harus bertanggung jawab atas kekacauan-kekacauan yg terjadi dlm hdp mereka?". Meski begitu toh dia tetep mengambil smua tanggung jawab itu dg gagah perkasa.
Satu dr mereka adalah seorang pemuda yg dengannya saya belajar banyak hal. Melalui obrolan atau pun membaca karakter pribadinya, saya justru belajar banyak tentang idealisme, berpikir kritis-analitis, dan berpikir cepat serta harus bisa menyeimbangkan perasaan dg logika. Yg kadang suka mengingatkan saya akan hal-hal yg tampaknya sesuatu yg kecil tp besar manfaatnya, yg mengajarkan bersikap baik pd smua org siapapun orgnya. Kemampuannya menyembunyikan persoalan pribadi, dan kedewasaannya berpikir membuat saya banyak belajar padanya.
Satu dr mereka adalah... Oh, masih banyak lagi yg lain, teman baik yg menjadi cermin hidup saya. Sungguh, saya merasa sangat bersyukur, Allah mempertemukan saya dg mereka, bahkan menjadi salah satu teman dekat mereka, sahabat mereka, Insya Allah. Orang2 yg pd mereka saya bercermin dan belajar.. tentang kesungguhan, tentang kesabaran, tentang ketangguhan, tentang empati, tentang penyikapan hidup, tentang semuanya hingga saya mengerti, dg cermin mereka saya dapat menyelesaikan dan menyikapi permasalahan hidup tanpa harus selalu "curhat" dan meminta nasihat karna dari cerita mereka pun saya banyak mengambil pelajaran mengenai kehidupan..
Jika saat-saat itu datang, biasanya saya menghubungi salah satu dari beberapa teman dekat untuk bertemu atau sekedar say hello via sms, telp, e-mail, atau messenger/chat. Barangkali ngobrol atau makan dan sekedar jalan-jalan akan memberikan keringanan perasaan buat saya.
Tapi, ketika akhirnya bertemu, sangat sering saya tidak jadi 'curhat' ataupun menceritakan permasalahan saya itu. Yang terjadi kemudian adalah lebih banyak saya yang menjadi pendengar tentang "hidup" mereka dalam beberapa waktu terakhir. Kalopun ngga tentang hidup mereka, saya ngobrol/sharing tentang aktivitas sehari-hari serta hidup secara umum dan penyikapannya.
Berhadapan dengan mereka, sering membuat saya kehabisan kata-kata. Bersama mereka sering membuat saya merasa demikian kecil. Saya bukan apa-apa sama sekali. Bahkan saat bersama mereka, saya merasa tidak perlu lagi menceritakan permasalahan saya. Apa yG saya alami, apa yG saya hadapi, apa yG saya lewati hanyalah sebuah hal remeh temeh yG ngga ada artinya. Hal itu dG sendirinya menyembuhkan rasa penderitaan dan kepedihan yG saya alami.
Mendengarkan kisah hidup mereka, mengetahui permasalahan mereka, dan bagaimana mereka mengatasi hari-hari berat itu, atau bahkan mendengar pemikiran mereka tentang sesuatu, memberikan pelajaran bagi saya tentang kehidupan. Dari mereka, saya mengerti tentang lika liku dunia yang tidak selalu berjalan sesuai harapan. Dari mereka, saya tau bahwa begitu banyak hidup yg lain. Meski tidak saya sadari, bahkan tidak pula saya mengerti sebelumnya.
Mereka, satu diantaranya, adalah seorang gadis 24 tahun, teman SD saya yg dr kecil udah harus berjuang membiayai hidupnya sendiri. Dia sempat jadi baby sitter supaya bisa sekolah dan kini menjadi tulang punggung keluarganya: adik, orangtuanya, bahkan sang kakak yg udah berumah tangga. Dia sering merasa letih menanggung semuanya, apalagi tanpa penghargaan semestinya dr orang2 yg ia perjuangkan. Tapi, meskipun dihadapkan pada saat-saat demikian, Ia masih sanggup berkata "Aku harus kuat. Aku ga boleh stress seberat apapun permasalahan yg aku hadapi. Aku ga boleh sakit meskipun makan hati.. demi orang tuaku, demi adikku, demi kakak&keponakanku, demi hidup dan masa depanku sendiri."
Satu dr mereka adalah seorang gadis berusia 25 tahun yg selalu menjadi "tempat sampah" bagi saudara-saudara kandungnya. Dia yg pernah berkata kpd saya dg kepedihan yg amat mendalam "Aku bungsu dr 6 bersaudara, tapi mengapa aku harus menjadi si sulung yg harus bertanggung jawab atas kekacauan-kekacauan yg terjadi dlm hdp mereka?". Meski begitu toh dia tetep mengambil smua tanggung jawab itu dg gagah perkasa.
Satu dr mereka adalah seorang pemuda yg dengannya saya belajar banyak hal. Melalui obrolan atau pun membaca karakter pribadinya, saya justru belajar banyak tentang idealisme, berpikir kritis-analitis, dan berpikir cepat serta harus bisa menyeimbangkan perasaan dg logika. Yg kadang suka mengingatkan saya akan hal-hal yg tampaknya sesuatu yg kecil tp besar manfaatnya, yg mengajarkan bersikap baik pd smua org siapapun orgnya. Kemampuannya menyembunyikan persoalan pribadi, dan kedewasaannya berpikir membuat saya banyak belajar padanya.
Satu dr mereka adalah... Oh, masih banyak lagi yg lain, teman baik yg menjadi cermin hidup saya. Sungguh, saya merasa sangat bersyukur, Allah mempertemukan saya dg mereka, bahkan menjadi salah satu teman dekat mereka, sahabat mereka, Insya Allah. Orang2 yg pd mereka saya bercermin dan belajar.. tentang kesungguhan, tentang kesabaran, tentang ketangguhan, tentang empati, tentang penyikapan hidup, tentang semuanya hingga saya mengerti, dg cermin mereka saya dapat menyelesaikan dan menyikapi permasalahan hidup tanpa harus selalu "curhat" dan meminta nasihat karna dari cerita mereka pun saya banyak mengambil pelajaran mengenai kehidupan..
To be continue..
Diadaptasi dr tulisan Azimah Rahayu.. "Hari Ini Aku Makin Cantik.."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar