Category: | Books |
Genre: | Religion & Spirituality |
Author: | Ari nur |
Novel yang kental dengan istilah arsitektur ini (bagaimana tidak, penulis novel ini memang berlatar belakang pendidikan arsitektur, Ari Nur Utami, Teknik Arsitektur, FT UGM), merupakan novel yang menarik, menggunakan istilah2 yang high tech tetapi tidak mengesampingkan unsur dakwah.
Cerita ini diawali dengan pertemuan ryan dan rani disebuah biro arsitek terkenal di jakarta, KAN PETRA.
Rani merupakan salah seorang pelamar yang beruntung bisa diterima bekerja di Kan Petra, dengan menempati posisi drafter digabungkan bersama dengan pelamar lulus lainnya, membentuk satu tim, tim sembilan (siva, dinda, vivi, dena, joy, ganda, irul dan kim). Tim ini dipimpin dan dikoordinir oleh seorang ekksekutif muda Kan Petra yang terkenal jenius tetapi mempunyai sifat yang dingin, tegas, perfeksionis bahkan terkesan angkuh, dialah Ryan. Sebenarnya Ryan pernah menjadi seorang aktifitas dakwah, hanya saja karena sesuatu hal dia futur ditengah jalan, dan kehidupan dilingkungan kerjanya memperburuk kondisi ruhiyah ryan.
Rani yang bekerja dengan idealismenya, tetap mengedepankan dakwah dan nilai2 agama, sedikit banyak mampu mewarnai beberapa teman satu timnya. Konflik muncul ketika Siva, salah seorang teman dekatnya salah paham dengan hubungan Ryan dan Rani. Tetapi konflik ini menjadi pemicu Ryan dan Rani untuk berta'aruf, dan pada akhirnya, dengan menyelesaikan segala pertentangan batin, dan perbedaan status, mereka menikah.
Pernikahan tanpa proses pacaran, menimbulkan cerita menarik tersendiri, joke2 kecil yang terlontar dari sepasang suami istri yang sedang merasakan indahnya pacaran sesudah menikah, membuat kita tersenyum senyum sendiri.
Tetapi kehidupan rumah tangga tidaklah selalu mulus, pernikahan sepasang manusia yang berbeda cara pandang dalam memaknai kehidupan itu (Ryan yang cenderung komersil oriented, dan rani yang berpegang teguh dengan dakwah oriented) menimbulkan riak2 kecil dalam rumah tangga mereka, apalagi ketika mereka mulai mendirikan biro arsitek sendiri "albanna - sang pembangun", perbedaan prinsip semakin mencuat dan semakin jelas kelihatan.
Tetapi mereka sadar, tidak ada yang sempurna didunia ini, mereka mencoba untuk koreksi diri, dan mencoba saling melengkapi satu sama lain. Akhirnya kisah itupun berakhir dengan ending yang membahagiakan.
------------------------------------------the end....^_^..---------------------------------------
hmm….ada satu kalimat ryan di novel ini yang sangat menohok hatiku ketika membacanya, tetapi insya ALLAH menjadi motivasiku untuk selalu memperbaiki diri:
“…….wanita zaman sekarang, begitu pinter.. eeeh akhlaknya ntah kemana, giliran agamanya yang lempeng, bodohnya minta ampun….) hal : 114
dari kata2 ryan berarti ada 4 golongan wanita :
1. yang pinter dan agamanya lempeng
2. yang gak pinter tapi agamanya lempeng
3. yang pinter tapi agamanya gak lempeng
4. yang gak pinter dan agamanya gak lempeng
ya…ALLAH….yang maha penilai..termasuk golongan wanita manakah aku?
Cerita ini diawali dengan pertemuan ryan dan rani disebuah biro arsitek terkenal di jakarta, KAN PETRA.
Rani merupakan salah seorang pelamar yang beruntung bisa diterima bekerja di Kan Petra, dengan menempati posisi drafter digabungkan bersama dengan pelamar lulus lainnya, membentuk satu tim, tim sembilan (siva, dinda, vivi, dena, joy, ganda, irul dan kim). Tim ini dipimpin dan dikoordinir oleh seorang ekksekutif muda Kan Petra yang terkenal jenius tetapi mempunyai sifat yang dingin, tegas, perfeksionis bahkan terkesan angkuh, dialah Ryan. Sebenarnya Ryan pernah menjadi seorang aktifitas dakwah, hanya saja karena sesuatu hal dia futur ditengah jalan, dan kehidupan dilingkungan kerjanya memperburuk kondisi ruhiyah ryan.
Rani yang bekerja dengan idealismenya, tetap mengedepankan dakwah dan nilai2 agama, sedikit banyak mampu mewarnai beberapa teman satu timnya. Konflik muncul ketika Siva, salah seorang teman dekatnya salah paham dengan hubungan Ryan dan Rani. Tetapi konflik ini menjadi pemicu Ryan dan Rani untuk berta'aruf, dan pada akhirnya, dengan menyelesaikan segala pertentangan batin, dan perbedaan status, mereka menikah.
Pernikahan tanpa proses pacaran, menimbulkan cerita menarik tersendiri, joke2 kecil yang terlontar dari sepasang suami istri yang sedang merasakan indahnya pacaran sesudah menikah, membuat kita tersenyum senyum sendiri.
Tetapi kehidupan rumah tangga tidaklah selalu mulus, pernikahan sepasang manusia yang berbeda cara pandang dalam memaknai kehidupan itu (Ryan yang cenderung komersil oriented, dan rani yang berpegang teguh dengan dakwah oriented) menimbulkan riak2 kecil dalam rumah tangga mereka, apalagi ketika mereka mulai mendirikan biro arsitek sendiri "albanna - sang pembangun", perbedaan prinsip semakin mencuat dan semakin jelas kelihatan.
Tetapi mereka sadar, tidak ada yang sempurna didunia ini, mereka mencoba untuk koreksi diri, dan mencoba saling melengkapi satu sama lain. Akhirnya kisah itupun berakhir dengan ending yang membahagiakan.
------------------------------------------the end....^_^..---------------------------------------
hmm….ada satu kalimat ryan di novel ini yang sangat menohok hatiku ketika membacanya, tetapi insya ALLAH menjadi motivasiku untuk selalu memperbaiki diri:
“…….wanita zaman sekarang, begitu pinter.. eeeh akhlaknya ntah kemana, giliran agamanya yang lempeng, bodohnya minta ampun….) hal : 114
dari kata2 ryan berarti ada 4 golongan wanita :
1. yang pinter dan agamanya lempeng
2. yang gak pinter tapi agamanya lempeng
3. yang pinter tapi agamanya gak lempeng
4. yang gak pinter dan agamanya gak lempeng
ya…ALLAH….yang maha penilai..termasuk golongan wanita manakah aku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar