Minggu, 20 April 2008

Diorama Sepasang Al Banna #1 : Diingatkan kepastian Mati


Baru di balikin lagi nih novel langsung ngebet pengen baca. Pertama-tama baca novel ini sebel, aku merasa "Apa bagusnya novel ini. Plot yang dibuat terkadang terasa loncat-loncat serta pilihan kata yang kurang haluuss membuat pergantian dari suatu kejadian ke suatu kejadian terasa yaah loncat-loncat ;), dan aku teratrik membeli novel ini karna ini novel religi plus novel arsitektur juga.." heheeh

Tapi lama kelamaan aku terhanyut. Sebenernya belum selesai baca buku ini, tapi aku ingin membuat suatu catatan, sebuah tanda untuk sebuah bagian yang aku sukaaa banget... Mengena dan menyentuuh :D hehehe Inilah petikannya..


Sepertiga malam, sesudah tahajud...
[Percakapan antara dua sahabat perempuan]
"Siv..." sapa Rani dengan lembut,"... dalam kehidupan ini, ada kepastian dan ada ketidakpastian.Kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok, kita tidak tahu bakal dapat tugas apa, itu contoh dari ketidakpastian hidup."

"Dan sesuatu yang paling pasti diantara kepastian itu adalah kematian. Kematian bukan untuk dijadikan bayangan menakutkan dan membekukan langkah-langkah kita dalam menempuh hidup ini. Tapi itulah titik kulmunatif kehidupan, titik tuju sarat konsekuensi. Ketika segala sesuatu yang bersifat materi tak lagi bernilai. Namun, amal-amal kitalah yang akan menjadi teman paling setia dan akan menjadi bekal di yaumul hisab nanti."

"Kita hidup, kita punya cita-cita, kita punya obsesi, bahkan ambisi.Bisa saja melambung tinggi, tak terbatas karena sifatnya yang abstrak. Tapi ingat, ada yang memenggalnya."

Rani meraih telapak tangan Siva, dan kemudian membuat coretan abstrak dengan jarinya. Sebuah garis lurus yang terpenggal oleh komposisi garis berbentuk persegi panjang.

"Rasulullah pernah menggambar seperti ini di tanah dengan ranting. Garis lurus ini menggambarkan hidup kita, cita-cita kita dan kotak ini adalah kematian yang akan memenggalnya."

"Dari Ibnu Mas'ud ra., ia berkata: Nabi SAW membuat gambar empat persegi panjang. Di tengah-tengah ditarik satu garis sampai keluar. Kemudian beliau membuat garis-garis pendek di sebelah garis yang ditengah seraya bersabda: Ini adalah manusia dan empat persegi panjang yang mengelilinginya adalah ajal. Garis yang diluar ini adalah cita-citanya, serta garis yang pendek adalah hambatan-hambatannya. Apabila ia dapat menghadapi hambatan yang satu, maka ia akan menghadapi hambatan-hambatan yang lain. Dan apabila ia menghadapi hambatan yang lain, maka ia akan menghadapi hambatan yang lain lagi.."

Begitulah. Ketika seseorang mengingat kematian, disitulah ia baru memulai kehidupan.
Ambisi, obsesi dan cita-cita terkadang membuat kita terlupa akan mati. Kadang kita merasa apa yang kita dapatkan kini adalah hasil jerih payah kita sendiri... Kita lupa bersyukur dan menyadari bahwa semuanya bukan dan tidak pernah milik kita, semua terjadi karena karunia Allah SWT. Mungkin saking asiknya mengejar mimpi, kita lupa akan "kepastian" yang akan datang kepada kita. Kepastian yang dimana tak satupun orang yang mampu menghindarinya. Kepastian yang akan datang pada setiap diri, yang tidak diketahui kapan waktunya. Namun di lain pihak, kepastian itu bukan untuk dipandang sebagai sesuatu yang menakutkan. Melainkan sebagai suatu hal yang memacu agar setiap diri berlomba berbuat kebaikan dan memohon kepada Allah agak sekiranya Ia berkenan.. insya Allah.. Amiin...

Saat kepastian itu kita harus siap. Sudahkah kita menyiapkan bekal yang dibutuhkan untuk hari kembali nanti?


Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan"
[QS Ali 'Imran ayat 185]

Tidak ada komentar: